CLICK HERE FOR FREE BLOGGER TEMPLATES, LINK BUTTONS AND MORE! »

Selasa, 25 Juni 2013

TEKNIK HANDLING PADA TERNAK


1. Pemotongan Kuku (Hooves Trimming)
Kuku tidak terpelihara akan sangat mengganggu karena dapat mengakibatkan kedudukan tulang teracak menjadi salah, sehingga titik berat badan jatuh pada teracak bagian belakang, bentuk punggung menjadi seperti busur, mudah terjangkit penyakit kuku, dan mengakibatkan kepincangan pada ternak.
Kuku yang tumbuh panjang dapat menghambat aktivitas ternak, seperti naikturun kandang, berjalan untuk mendapatkan makanan dan minum, atau berdiri dengan baik sewaktu melakukan perkawinan. Di samping itu menyebabkan ternak sulit berjalan dan timpang, sehingga mudah terjatuh dan mengalami cedera. Kalau ternak itu sedang mengalami kebuntingan, maka dapat mengakibatkan keguguran.
Upaya untuk menjaga agar kedudukan kuku tetap serasi, maka setiap 3-4 bulan sekali dianjurkan untuk melakukan pemotongan kuku secara teratur, terutama kuku kaki bagian belakang. Sebab kuku kaki depan lebih keras dibandingkan bagian belakang yang selalu basah terkena air kencing dan kotoran. Tetapi dari segi kecepatan pertumbuhan, kuku kaki belakang maupun kaki depan memiliki kecepatan tumbuh yang sama, sehingga baik kuku belakang maupun kuku kaki depan perlu dilakukan pemotongan secara teratur.
Tujuan pemotongan kuku adalah untuk menanggulangi masalah penyakit kuku dan menjaga keseimbangan gerak ternak pada saat berdiri, istirahat, efisiensi penggunaan ransum, dan produktivitas ternak. Pemotongan kuku dapat dilakukan dengan cara merebahkan ternak terlebih dahulu atau dapat pula tanpa merebahkan. Pemotongan kuku tanpa merebahkan ternak biasanya kurang memuaskan. Sebab tidak semua bagian kuku yang hendak dipotong dapat terpotong dengan baik dan akan sulit mengerjakannya jika kurang terampil.

2. Pemotongan Paruh
Pemotongan paruh merupakan suatu keharusan dalam suatu usaha peternakan ayam untuk mendapatkan keuntungan.
Ada empat hal yang akan dicapai dengan adanya pemotongan paruh ini, yaitu :
- Menghilangkan sifat kanibalisme pada ayam
- Meningkatkan efesiensi dalam pemberian pakan
- Mengurangi terjadinya stress
- Menurunkan Konversi makanan.
Kanibalisme pada ayam merupakan kebiasaan saling mematuk diantaranya sesamanya yang merupakan naluri sejak lahir.
Konversi makanan adalah banyaknya amkanan yang dibutuhkan untuk tiap pertambahan berat badan per 1 kg. Pemotongan paruh yang dilakukan pada DOC atau berumur dibawah 1 minggu juga memberikan keuntungan dalam hal penanganan jauh lebih mudah dan paruhnya masih lunak, disamping itu apabila ayam mengalami stress akibat pemotongan paruh maka masih tersedia waktu yang cukup panjang untuk mengembalikan kondisinya kepada keadaan semula.
Untuk menghindari kemungkinan paruh kembali runcing pada umur 18 minggu (periode grower) dapat diatasi dengan cara memotong paruhnya sependek mungkin. Sebagai pedoman paruh dapat disisakan sepanjang 2-3 mm dari lubang hidung atau setengahnya dari panjang paruh semula.
Alat untuk memotong paruh disebut debeaking dan memotong paruh disebut electric debeaker.
Gambar 1: mesin pemotong paruh

Tipe alat pemotong paruh meliputi :
• IX
• MN2
• D
• K
Tujuan pemotongan paruh:
(1) Mencegah kanibalisme
(2) Mencegah pematukan bulu
(3) Mengurangi ransum yang terbuang
Hal-hal yang perlu diperhatikan dalam pemotongan paruh ini yaitu :
a. Pemotongan paruh dilakukan pada anak ayam umur 6 – 9 hari, dan paruh yang dipotong 1/3 dari panjang paruh bagian atas.
b. Pisau pemotong harus pijar, yaitu temperatur pisau sekitar 815 0C (1500 0F).
c. Harus teliti memotong paruh anak ayam lebih dari 500 – 600 ekor/jam.


3. Teknik Merebahkan Ternak
Tips Efektif Merebahkan Hewan Kurban:



Tidak jarang panitia penyembelihan hewan korban dipusingkan dengan ulah beringas sapi yang hendak disembelih. Hewan-hewan tersebut tengah mengalami stres. Akibatnya petugas akan mengalami kesulitan saat merebahkan maupun mengulitinya. Kulit dan dagingnya menjadi keras. Untuk itu berikut ini tips merbahkan hewan korban tanpa membuatnya stres:
1. Beri Waktu Untuk Beradaptasi. Sebaiknya sapi diinapkan selama semalam atau 12 jam di lokasi sekitar penyembelihan. Selain memberi kesempatan beristirahat sehingga otot-otonyamengalami relaksasi, juga dimaksudkna agar sapi dapat menyesuaikan diri dengan lingkungan barunya.
2. Gunakan tali berwarna gelap, untuk menjatuhkannya. Seperti warna hitam atau biru. Jangan sekalipun menggunakan tali berwarna terang seperti merah atau orange, sebab sapi akan semakin beringas melihat warna-warna terang.
3. Teknik Merebahkan Model 1 (Gambar No.1). Setelah ditambatkan di batang pohon atau patok yang kokoh, tali yang telah disediakan diikatkan pada tali yang melingkar di leher. Kemudian ditarik hingga ke belakang punuk atau bagian belakang kaki depan. Tali dilingkarkan ke tubuh, disimpul di bagian samping kiri punggung. Ditarik ke belakang lagi hingga batas depan kaki bagian belakang, dilingkarkan ke tubuh, kemudian disimpul di bagian samping kiri punggung belakang. Dengan teknik model ini, hanya dibutuhkan satu orang saja untuk merebahkannya, dengan cara menarik tali dari belakang tubuh saja.
4. Teknik Merebahkan Model 2. (Gambar No.2). Model kedua adalah dengan melingkarkan tali di bagian depan punuk, menyilang ke bawah hingga di depan kedua kaki sapi. Tali ditarik ke bagianpunggung secara menyilang lagi, kemudian ditarik ke belakangmelalui selangkangan kaki belakang sapi. Model ini terkadang berisiko membuatkaki sapi menyepak ke belakang ketika ditarik melalui selangkangannya.



Daftar Pustaka
Admin. 2008. Tips Efektif Merebahkan Hewan Kurban. www.tipsanda.com.
Diakses tanggal 30 April 2009.
Hendra. 2009. Pemotongan Paruh. www.zalhendra.blogspot.com.

5 komentar:

  1. wahh... bisa tu dicoba saat hampir lebaran...

    BalasHapus
  2. selamat mecoba, pastikan ternaknya jangan sampai stress yahh ^^

    BalasHapus
  3. kak winda sudah pernah nyoba belum?

    BalasHapus
  4. sulit ya ternyata,, tapi bisa buat bahan ujian nih

    BalasHapus
  5. bisa tu dicoba saat hampir lebaran.

    BalasHapus